Jadi Bejana-Nya
"MengiringMu seumur hidupku, masuk dalam rencanaMu Bapa,
pikiranku, kehendakku, kuserahkan padaMu...
Harapanku hanya di dalamMu, kukan teguh bersamaMu Tuhan,
jadikanku bejana-Mu untuk memuliakanMu..."
Saya bukannya baru kenal Kristus. Dari kecil saya sudah mengenal Tuhan Yesus, sudah belajar tentang cerita-cerita khas Sekolah Minggu yang menyenangkan. Sudah kenal lagu-lagu rohani anak yang nostaljik ketika dinyanyikan sekarang. Sejak remaja, bahkan anak-anak sih,saya sudah melayani. Main drama, menyanyi, baca puisi, ikut lomba ini-itu, jadi pengurus, jadi panitia, dan segala macamnya. Hingga kini, umur saya 24 tahun.
Tapi perkara menjadi bejanaNya, itu bukan hal mudah.
Orang yang sudah kenal Tuhan sejak lama, tak serta-merta bisa menyerahkan diri sebagai bejanaNya. Terkadang, keegoisan kita, keinginan kita, dan hati kita masih sulit untuk berserah dan berpasrah penuh padaNya. Ada suatu ketakutan dan kekhawatiran sendiri saat kita mau memutuskan agar Tuhan yang ambil alih kehidupan kita.
"Tapi aku kan masih mau kayak gini, God,"
"Nanti kalau aku nggak bisa gimana, God?"
"Tapi tolong ya, God, penuhi dulu keinginanku yang itu,"
Bargaining, compromising, itu yang seringkali kita lakukan ketika kita mau memutuskan untuk menjadi bejana Tuhan. Sulit, pasti. Karena Tuhan meminta kita untuk berpasrah dan berserah penuh padaNya. Saat kita memutuskan untuk menjadi bejanaNya, kita harus melepaskan segala khawatir dan gelisah kita, kita harus berani secara radikal mengikuti apa kata Tuhan dan mengesampingkan keinginan pribadi.
Melelahkan? Tentunya. Karena kadang kita tidak tahu apa yang Tuhan mau untuk hidup kita. Kita hanya percaya bahwa janjiNya ya dan amin. Tapi kita nggak bisa melihat apa-apa. Masa depan kita blur. Nggak bisa diprediksi. Berserah saat kita nggak bisa lihat ke depannya kita bagaimana itu susah, lho. Kalau kita sudah tahu nantinya kita akan seperti apa sih, berserah penuh pada Tuhan juga nggak bikin deg-degan.
Tapi saya yakin dan percaya, jika pelan-pelan kita serahkan diri sepenuhnya pada Tuhan, Ia akan membimbing kita. Walau kita takut, gelisah, dan resah, Ia akan datang berikan harapan.
Susah, iya. Tapi jika kita punya ketetapan, Tuhan pasti akan berkenan.
Yakinlah jika kita berikan hati kita sepenuhnya pada Tuhan, segala khawatir dan takut kita akan dihapus. Pelan tapi pasti. Sedikit demi sedikit.
Untuk apa? Jika kita jadi bejana-Nya, tentu kita akan dibentuk dari buruk rupa hingga jadi seperti bejana emas yang berkilau. Kemuliaan Tuhan akan terlihat dari dalam diri kita. Orang-orang akan melihat Yesus dalam diri kita.
Tidakkah kita mau jadi seperti itu? Renungkanlah....
Mari kita nyanyikan sepotong lagu ciptaan Andre Hermanto & Sari Simorangkir ini,
"Jadikanku bejana-Mu untuk memuliakanMu..."
Penuh Kasih,
-Natasha Hadiwinata-
pikiranku, kehendakku, kuserahkan padaMu...
Harapanku hanya di dalamMu, kukan teguh bersamaMu Tuhan,
jadikanku bejana-Mu untuk memuliakanMu..."
Saya bukannya baru kenal Kristus. Dari kecil saya sudah mengenal Tuhan Yesus, sudah belajar tentang cerita-cerita khas Sekolah Minggu yang menyenangkan. Sudah kenal lagu-lagu rohani anak yang nostaljik ketika dinyanyikan sekarang. Sejak remaja, bahkan anak-anak sih,saya sudah melayani. Main drama, menyanyi, baca puisi, ikut lomba ini-itu, jadi pengurus, jadi panitia, dan segala macamnya. Hingga kini, umur saya 24 tahun.
Tapi perkara menjadi bejanaNya, itu bukan hal mudah.
Orang yang sudah kenal Tuhan sejak lama, tak serta-merta bisa menyerahkan diri sebagai bejanaNya. Terkadang, keegoisan kita, keinginan kita, dan hati kita masih sulit untuk berserah dan berpasrah penuh padaNya. Ada suatu ketakutan dan kekhawatiran sendiri saat kita mau memutuskan agar Tuhan yang ambil alih kehidupan kita.
"Tapi aku kan masih mau kayak gini, God,"
"Nanti kalau aku nggak bisa gimana, God?"
"Tapi tolong ya, God, penuhi dulu keinginanku yang itu,"
Bargaining, compromising, itu yang seringkali kita lakukan ketika kita mau memutuskan untuk menjadi bejana Tuhan. Sulit, pasti. Karena Tuhan meminta kita untuk berpasrah dan berserah penuh padaNya. Saat kita memutuskan untuk menjadi bejanaNya, kita harus melepaskan segala khawatir dan gelisah kita, kita harus berani secara radikal mengikuti apa kata Tuhan dan mengesampingkan keinginan pribadi.
Melelahkan? Tentunya. Karena kadang kita tidak tahu apa yang Tuhan mau untuk hidup kita. Kita hanya percaya bahwa janjiNya ya dan amin. Tapi kita nggak bisa melihat apa-apa. Masa depan kita blur. Nggak bisa diprediksi. Berserah saat kita nggak bisa lihat ke depannya kita bagaimana itu susah, lho. Kalau kita sudah tahu nantinya kita akan seperti apa sih, berserah penuh pada Tuhan juga nggak bikin deg-degan.
Tapi saya yakin dan percaya, jika pelan-pelan kita serahkan diri sepenuhnya pada Tuhan, Ia akan membimbing kita. Walau kita takut, gelisah, dan resah, Ia akan datang berikan harapan.
Susah, iya. Tapi jika kita punya ketetapan, Tuhan pasti akan berkenan.
Yakinlah jika kita berikan hati kita sepenuhnya pada Tuhan, segala khawatir dan takut kita akan dihapus. Pelan tapi pasti. Sedikit demi sedikit.
Untuk apa? Jika kita jadi bejana-Nya, tentu kita akan dibentuk dari buruk rupa hingga jadi seperti bejana emas yang berkilau. Kemuliaan Tuhan akan terlihat dari dalam diri kita. Orang-orang akan melihat Yesus dalam diri kita.
Tidakkah kita mau jadi seperti itu? Renungkanlah....
Mari kita nyanyikan sepotong lagu ciptaan Andre Hermanto & Sari Simorangkir ini,
"Jadikanku bejana-Mu untuk memuliakanMu..."
Penuh Kasih,
-Natasha Hadiwinata-
Comments
Post a Comment