Malam Natal

Dari tahun ke tahun, saya selalu lebih suka malam natal ketimbang perayaan natal. Ya, saya memang bukan tipe orang yang suka selebrasi meski suka memberi kejutan orang di saat hari bahagianya. Saya sendiri cenderung tak suka diberikan surprise, tapi saya suka memberi surprise. Aneh, ya? Abaikan.

Momen malam natal selalu saya buat sebagai momen perenungan. Menjelang tengah malam, saya biasa berlutut dan menghaturkan doa pada Yang Empunya Semesta atas betapa besar hatiNya memberikan anak tunggalNya ke dunia, disalibkan, dan mati untuk tebus dosa-dosa kami manusia yang hina ini.

Di malam natal, kerap saya berbicara dengan Tuhan. Mengobrol tentang apapun yang menjadi beban pikiran saya di samping tak lupa mengucap syukur atas apa yang telah Tuhan berikan selama setahun ke belakang. Betapa indah bisa berdua dengan Sang Pemberi Kehidupan dan mengobrol layaknya ayah dengan anak.

Malam inipun, saya pasti melakukan itu. Ditambah dengan kotbah Ps. Jeffrey Rachmat dari JPCC pada kebaktian minggu lalu saya diingatkan bahwa Yesus lahir di imperfect condition. Namun biar begitu, tetap saja ada orang Majus, gembala, bahkan petinggi kerajaan yang ingin memberikan hadiah untuk bayi kecil mungil di palungan itu. Di kondisi yang tidak sempurna, Tuhan tetap menunjukkan kasihNya.

Ps. Jeff bilang bahwa nggak perlu nunggu perfect moment untuk Tuhan berikan kasihNya pada kita, Dia bisa kapan saja menyatakan dahsyat dan hebatNya Dia. All I have to do is waiting and surrender. Sama seperti Dia menunjukkan kasihNya pada Maria, Yusuf, dan Yesus di imperfect condition saat natal beribu-ribu tahun lalu.

Oh, betapa saya mencintaiNya. Betapa saya rindu bersekutu denganNya.
KasihNya tak pernah berkesudahan dan saya akan terus melayaniNya.
Thanks God for this Christmas Eve...
Semoga natal tahun ini memberi berkat yang melimpah dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Amen. 


Comments

Popular Posts